Pendidikan Tepat bagi
Anak
Pendidikan awal bagi anak adalah
rumah. Apa yang pertama kali mereka terima akan menjadi langkah awal mereka
dalam berhubungan dengan dunia luar. Para orang tua sebagai madrasah pertama
anak memiliki cara yang berbeda-beda dalam menanamkan pendidikan pada anak
mereka, contohnya ada orang tua yang selalu mengedepankan kedisiplinan dalam
mendidik anak mereka dan ada pula yang mengutamakan cinta dan kasih sayang bagi
anak mereka di setiap tumbuh kembangnya. Lalu bagaimana perbedaan anak yang
dididik dengan kedisiplinan dan dididik dengan cinta di masa depannya?
Dididik dengan kedisiplinan
berarti melatih anak untuk menaati aturan dasar dalam bersosialisasi dengan
manusia sekitar, memahami mana yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh serta
memahami konsekuensi yang akan diterima bila si anak melakukan kesalahan.
Dengan mengetahui konsekuensi yang akan ia terima, maka si anak akan
mempertimbangkan lagi apa-apa yang akan ia lakukan. Ia pasti tidak menginginkan
orang tua akan memarahi dan menghukumnya. Dengan mengetahui keuntungan yang ia
dapat apabila melakukan suatu hal yang benar, maka ia akan termotivasi untuk
melakukan hal baik serupa agar mendapatkan pujian dan cinta dari orang tuanya.
Suatu saat bila ia menemukan kondisi dimana ia tidak bisa memutuskan suatu
tindakan itu baik atau buruk, ketika pertama kali ia mencobanya dan misalkan ia
mendapat reaksi negatif dari orang tua maka untuk selanjutnya ia tidak akan pernah
mencoba sesuatu yang baru baginya karena ia tahu hal itu hanya akan menimbulkan
reaksi negatif dari orang di sekitarnya. Komunikasi antara anak dan orang tua
sebatas reaksi baik dan buruk,maka anak akan sulit mengungkapkan perasaannya yang
sebenarnya pada orangtua. Jika anak memendam sendiri masalahnya akan fatal
akibatnya bagi dirinya sendiri, ia bisa melampiaskan kemarahan dan
kekecewaannya pada hal-hal yang negatif ditambah lagi bila teman-teman di
sekitarnya bukanlah teman yang baik pergaulannya. Jika hal ini berlanjut sampai
ia dewasa, bila ia menemukan suatu persoalan ia tidak akan mampu merumuskan
jalan keluar semestinya karena kemampuannya dalam merencanakan pemecahan
masalahnya tidak pernah dilatih sejak dini.
Anak dididik dengan kasih sayang
dan cinta ialah mereka yang orangtuanya tidak pernah membedakan antara hukuman
dan hadiah, hanya memberikan pujian ketika anak benar dan menasehati dengan
penuh kelembutan bila si anak melakukan kesalahan. Anak dilatih untuk selalu
menghargai kebenaran dan kesalahan yang dilakukan diri sendiri maupun orang
lain, ia akan terbiasa introspeksi diri dan memulai langkahnya kembali berbekal
pengalaman sebelumnya agar tidak melakukan kesalahan lagi. Komunikasi orang tua
dengan anak akan terjalin lebih alami karena kedua pihak sama-sama belajar.
Orangtua belajar tentang dunia anak yaitu dunia eksperimen dan belajar
mencintai dengan tulus. Anak belajar pentingnya kehadiran orangtua dalam
menuntun langkahnya ketika ia melakukan kesalahan. Dimasa dewasanya nanti ia
akan menjadi orang yang toleran dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Memikirkan segala masalah dengan kepala digin tanpa memperturutkan emosi
sesaat. Ia menjadi pandai mengelola emosinya dan mampu mengimbangi lawan
bicaranya yang mungkin terlalu ngotot dan mampu mengingatkan rekannya dengan
lembut tanpa menyinggung perasaan lawan bicaranya. Ia akan menjadi penghubung
yang baik antara dua pihak. Anak yang terbiasa menerima perlakuan lembut
seperti ini apabila ia tidak dilatih untuk mengendalikan kemauannya maka
kemungkinan yang bisa terjadi adalah ia akan menjadi anak yang manja karena ia
tahu betul bahwa ia tidak akan mendapatkan kemarahan dari orang disekitarnya.
Semua metode pendidikan bagi anak
pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, yang terpenting adalah kita sebagai
orang tua bisa mengenal kepribadian anak dan bisa menerapkan metode yang cocok
bagi anak. Boleh juga bila kita menggunakan perpaduan pendidikan dengan
kedisiplinan dan cinta. Anak terlatih mengikuti aturan namun kita sebagai orang
tua tetap toleran terhadap kesalahan anak. Latih anak untuk siap menghadapi
dunia luar yang terkadang tidak bisa kita pantau terus menerus. Bekali anak
dengan pendidikan lahiriah serta batiniah agar tidak ikut-ikutan ke dalam arus
yang negatif.
(Nur Wahidatul Fadhilah, 7 Juli 2014)