Senin, 07 Juli 2014

Pendidikan Tepat bagi Anak

Pendidikan awal bagi anak adalah rumah. Apa yang pertama kali mereka terima akan menjadi langkah awal mereka dalam berhubungan dengan dunia luar. Para orang tua sebagai madrasah pertama anak memiliki cara yang berbeda-beda dalam menanamkan pendidikan pada anak mereka, contohnya ada orang tua yang selalu mengedepankan kedisiplinan dalam mendidik anak mereka dan ada pula yang mengutamakan cinta dan kasih sayang bagi anak mereka di setiap tumbuh kembangnya. Lalu bagaimana perbedaan anak yang dididik dengan kedisiplinan dan dididik dengan cinta di masa depannya?
Dididik dengan kedisiplinan berarti melatih anak untuk menaati aturan dasar dalam bersosialisasi dengan manusia sekitar, memahami mana yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh serta memahami konsekuensi yang akan diterima bila si anak melakukan kesalahan. Dengan mengetahui konsekuensi yang akan ia terima, maka si anak akan mempertimbangkan lagi apa-apa yang akan ia lakukan. Ia pasti tidak menginginkan orang tua akan memarahi dan menghukumnya. Dengan mengetahui keuntungan yang ia dapat apabila melakukan suatu hal yang benar, maka ia akan termotivasi untuk melakukan hal baik serupa agar mendapatkan pujian dan cinta dari orang tuanya. Suatu saat bila ia menemukan kondisi dimana ia tidak bisa memutuskan suatu tindakan itu baik atau buruk, ketika pertama kali ia mencobanya dan misalkan ia mendapat reaksi negatif dari orang tua maka untuk selanjutnya ia tidak akan pernah mencoba sesuatu yang baru baginya karena ia tahu hal itu hanya akan menimbulkan reaksi negatif dari orang di sekitarnya. Komunikasi antara anak dan orang tua sebatas reaksi baik dan buruk,maka anak akan sulit mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada orangtua. Jika anak memendam sendiri masalahnya akan fatal akibatnya bagi dirinya sendiri, ia bisa melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya pada hal-hal yang negatif ditambah lagi bila teman-teman di sekitarnya bukanlah teman yang baik pergaulannya. Jika hal ini berlanjut sampai ia dewasa, bila ia menemukan suatu persoalan ia tidak akan mampu merumuskan jalan keluar semestinya karena kemampuannya dalam merencanakan pemecahan masalahnya tidak pernah dilatih sejak dini.
Anak dididik dengan kasih sayang dan cinta ialah mereka yang orangtuanya tidak pernah membedakan antara hukuman dan hadiah, hanya memberikan pujian ketika anak benar dan menasehati dengan penuh kelembutan bila si anak melakukan kesalahan. Anak dilatih untuk selalu menghargai kebenaran dan kesalahan yang dilakukan diri sendiri maupun orang lain, ia akan terbiasa introspeksi diri dan memulai langkahnya kembali berbekal pengalaman sebelumnya agar tidak melakukan kesalahan lagi. Komunikasi orang tua dengan anak akan terjalin lebih alami karena kedua pihak sama-sama belajar. Orangtua belajar tentang dunia anak yaitu dunia eksperimen dan belajar mencintai dengan tulus. Anak belajar pentingnya kehadiran orangtua dalam menuntun langkahnya ketika ia melakukan kesalahan. Dimasa dewasanya nanti ia akan menjadi orang yang toleran dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Memikirkan segala masalah dengan kepala digin tanpa memperturutkan emosi sesaat. Ia menjadi pandai mengelola emosinya dan mampu mengimbangi lawan bicaranya yang mungkin terlalu ngotot dan mampu mengingatkan rekannya dengan lembut tanpa menyinggung perasaan lawan bicaranya. Ia akan menjadi penghubung yang baik antara dua pihak. Anak yang terbiasa menerima perlakuan lembut seperti ini apabila ia tidak dilatih untuk mengendalikan kemauannya maka kemungkinan yang bisa terjadi adalah ia akan menjadi anak yang manja karena ia tahu betul bahwa ia tidak akan mendapatkan kemarahan dari orang disekitarnya.
Semua metode pendidikan bagi anak pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, yang terpenting adalah kita sebagai orang tua bisa mengenal kepribadian anak dan bisa menerapkan metode yang cocok bagi anak. Boleh juga bila kita menggunakan perpaduan pendidikan dengan kedisiplinan dan cinta. Anak terlatih mengikuti aturan namun kita sebagai orang tua tetap toleran terhadap kesalahan anak. Latih anak untuk siap menghadapi dunia luar yang terkadang tidak bisa kita pantau terus menerus. Bekali anak dengan pendidikan lahiriah serta batiniah agar tidak ikut-ikutan ke dalam arus yang negatif.

(Nur Wahidatul Fadhilah, 7 Juli 2014)